Baru jam 3 siang. Tapi aku sudah tidak bisa membaca tanpa menyalakan lampu di dalam kamarku. Tak lama kemudian ponsel bergetar dan berbunyi. Dan harus bergegas pergi. Lalu hujan terdengar tak hanya rintik.
Hujan. Plesiran.
Bukan dua paduan favorit aku. Apalagi kalau jalanan dihadapanku sudah penuh digenangi air dan hujan yang turun seperti tidak mau kompromi untuk berhenti.
Hujan. Kampus.
Baru bisa menjadi favorit. Pilar berbatu khas kampus membuat hujan terlihat semakin cantik. Dan bersyukurlah diriku yang mendapat gedung di bagian depan, karena perjalanannya dipenuhi pilar berbatu. Tidak seperti layaknya di bagian kampus utara, atau biasa aku sebut kampus belakang.
Hujan senang sekali menyiramkan kabut ke dalam mataku. Menimbulkan efek kelabu karena awannya. Hari cerah itu indah. Hanya saja awan yang kelabulah yang pantas mendampingi hujan. Dan udara sejuk perpaduan mereka juga menjadi favoritku. Angin dingin yang menggelitik tubuh. Hembusan udara yang membisik telinga. Indah dan menyenangkan. Mengosongkan pikiran. Menghilangkan gundah gulana.
Memang obat kehidupan yang tiada duanya. Lihat ke dalam dan kau akan menemukan kedamaian. Keindahannya akan selalu ada. Udaranya takkan menghilang.
Nikmati saja, tanpa perlu berpikir apa-apa.
Bandung, 11 April 2011
dan sepertinya lo berkomentar di setiap postingan gue. hahah
BalasHapus