Kamarku sudah gelap. Hanya tinggal nyala lampu belajar yang menggantikan remang-remang lampu pengantar tidur. Aku masih memikirkan dirinya.
Tak bisa tidur kutengok ponselku. Memikirkan teman-teman sekaligus ingin sedikit berkisah menjelang malam. Tentu saja kisah tentang dirinya.
Tubuh kurasa pilu dan perasaan terus tak menentu. Memejamkan mata tak juga menjadi jawaban indahku. Masih tentang dirinya.
Ku menatap langit kamarku. Tak berpikir. Lalu kudengar suara hujan menyirap. Tak kurasakan dinginnya namun kuterima rasa damai yang disampaikannya. Disampaikan oleh hujan.
Dan perlahan hujan membuai diriku, mengantar diriku menutup malam. Mulai kurasakan kata kata semakin terangkai tanpa bisa kularang.
Begitu inginnya aku merasakan pelukan hujan hingga aku memaksakan diri beranjak keluar kamar. Dan hujan seperti menyesap sejuk ke dalam kulitku juga terhirup hingga mendamaikan pikiran yang tak karuan.
Suara hujan semakin terdengar kencang. Deras tak tertahankan. Seperti kata-kata yang terangkai keluar saat ia datang. Tak peduli dimana kau sedang.
Kuterbaring di atas bantal. Begitu nyaman sendirian. Meskipun begitu kutak keberatan ada hujan. Yang menemani aku bermalam. Bahkan kurasakan angin yang datang bersamanya. Dan semakin merasa dibuai oleh hujan.
Belaian hujan menutup mataku perlahan. Ia menjatuhkan petikan musiknya dengan alunan. Membuka semua ketakutan. Dan menyembuhkannya. Sehingga semakin jauh ia memainkan lagunya, semakin ingin aku terlelap dan melupakan ketakutan yang ada.
Suaramu begitu indah. Aku jadi bisa melupakannya.
Hujan, sampaikan padanya, aku rindu ia...
Bandung, 10 April 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar