Malam ini sejuk sekali. Hujan tak berhenti merundungi bumi sejak siang tadi masih. Hawanya pun menyebar, menyisir seluruh permukaan Bandung. Termasuk rumah kos-kosan tempatku berada. Empat lantai tingginya, meskipun entah seberapa luasnya. Aku yang berada di lantai tiga, terbagi rata kesejukan yang ada karena hujan. Makanya, malam ini sejuk sekali…
Memang sudah seharusnya hari ini titik puncak dari ketidaknyamanan datang bulanku. Pagi ini sudah dimulai dengan bangun kesiangan, lalu karena sakit datang bulan maka aku jadi berangkat kuliah lebih siang pagi. Gawat aja kalau setiap hari seperti ini. Soalnya cuma satu hari dalam jadwal kuliah yang tidak kuliah pagi. Untungnya dosen yang mengajar kuliah hari ini orangnya santai. Lucunya, pas aku dateng, yang ada aku justru ditanyain sama dosennya, “Mba yang baru dateng, satu ditambah satu berapa?” He? Untungnya aku bisa ngejawab dengan lancar-lancar aja. Hmm, tadi ngga bloon kok. Hahahahahaha…
Sore ini, berangkat menuju tempat les dengan mendung di langit. Dan sesampainya di Riau, aku harus berjalan bersama Vito dengan rintik-rintik hujan. Untung ngga lupa bawa payung. Seperti yang biasa dilakukan kalau jalan saat hujan bersama Vito, tentunya prioritas ngga cuma rambut aku yang ngga boleh basah, tapi Vito juga ngga boleh basah. Wah, di jalan udah berasa rame sendiri aja, soalnya aku panik-panik gitu setiap Vito memiliki kemungkinan untuk kehujanan. Yang nyebelin, tadi Vito nyenggol motor sampe jadi agak basah-basah gimanaaaa gitu. Ngga sampe basah kuyup sih, cuma bikin aku panik, ih.
Sepulang les ada cerita lebih seru lagi. Hujan tetap awet tak berhenti. Aku tentunya masih berpanik-panik diri, takut si Vito kehujanan. Nah, dari jarak jauh aku melihat ibu-ibu penjual yakult keliling. Lucky day! Karena ngga setiap hari aku ngeliat dia. Dan berhubung harga yakultnya lebih murah, jadi aku lebih suka kalau beli sama dia. Masalahnya, jaraknya jauh. Jalan cepet aku ngga mungkin berhasil ngejar dia. Well, jadi aku pun berlari tanpa peduli si vito kehujanan lagi atau ngga. Hahahahaha… Ngga peduli deh orang-orang yang pada lewat atau yang ngeliatin mau komentar apa. Yang bikin keki, pas dideketin, si ibu yakultnya susah dipanggil. Tau ngga karena apa? Karena handphone nempel di kupingnya, dia lagi telpon-telponan. Ckckckck, jadi inget kebiasaan pembantu-pembantu di komplek perumahan aku.
Segar setelah mandi ditambah makanan pengubur rasa lapar merupakan kombinasi yang begitu nikmat di sore hari yang syahdu ini. Makannya pun sembari menonton televisi yang tidak aku miliki sendiri. Menumpang di kamar sahabatku. Tapi ia tidak di sini. Sahabatku yang lain lagi sedang pergi. Jadi aku pun sendiri. Nah, televisi inilah yang menjadi temanku, membuatku tidak merasa sepi lagi.
Mungkin sebenarnya aku pribadi rindu suasana-suasana seperti ini. Tak perlu hal yang mewah namun hal yang menghibur hati. Makanya semuanya begitu terasa nikmat. Dan tak berhenti hingga kini. I’m just happy. Meskipun kemarin kemarin aku tidak merasa seperti ini akan tetapi hidup memang harus terus melangkah. Kayak kata dosen aku tadi pagi, “Kalau kalian mendapat nilai yang kurang baik, ya berarti masih ada yang salah pada pola pikir kalian sendiri.” Well, bener juga.
Hmm, aku jadi inget lagi ucapan yang bagus dari dosen aku tadi pagi :
Seharusnya orangtua jaman sekarang ngga mendidik anak untuk menjadi pintar. Seharusnya anak itu dididik menjadi anak yang baik dan benar.
Kenapa benar lebih baik daripada pintar? Karena orang pintar belum tentu benar tapi untuk menjunjung kebenaran ngga perlu menjadi pintar. Selain itu, apa sih parameter kita pintar? Apa sih yang dilihat orangtua kita saat beliau mengatakan kita sudah pintar. Yap, satu hal itu, nilai. Dan seharusnya kita mengenyam pendidikan bukan hanya mengejar nilai tinggi sehingga bisa mendapat predikat pintar. Untuk apa kita mendapat nilai besar kalau pada akhirnya kita tidak bisa mengaplikasikan ilmu yang sudah kita dapat, tidak bisa memanfaatkan ilmu kita? It’s useless guys.
Selain itu, dosen saya berkata bahwa metode perguruan tinggi dalam menyampaikan ilmu bukan melalui mendidik mahasiswanya lagi, melainkan mengajar mahasiswanya. Hmm, apa benar begitu? Kalau saya berpikir lagi, memangnya apa dulu sebenarnya perbedaan mengajar atau mendidik? Ada beberapa kuliah yang disuapin sih, namun ngga semua mata kuliah disuapin juga. Hmm, aku masih ragu. Masih belum bisa berpendapat pasti tentang hal ini? Can you? Akan tetapi, gimana pun metodenya, gimana pun dosennya, gimana pun mata kuliahnya, gimana pun tugasnya, yang terpenting kita berusaha sebaik mungkin dalam hal tersebut bukan sih? Salah satu teman sayalah yang berkata seperti itu. Pemicu yang bagus kalau sedang jatuh karena hasil belajar kita.
Hahahahaha.. ya begitulah untuk hari ini. Menulis entah selama hampir satu jam atau tidak, ditemani oleh kotak kecil yang setia menyala dan mengeluarkan suara, di kamar sahabat saya, di malam yang berhawa sejuk, di tengah hujan rintik tanpa henti dan tanpa petir, juga ditemani jerawat-jerawat kecil di pipi kiriku yang lucu. Aduh, jerawat mengganggu. =(
Namun masih akan meneruskan hari dengan senang kok. Bagi aku, malam masih panjang. Masih banyak acara menarik di kotak kecil itu. Terlebih lagi tidak ada jadwal untuk masuk pagi esok hari. Dan selimut hawa sejuk inilah yang terpenting. Seennnaaaaannngggggg sekaliiii..
Tik tik tik
Bunyi hujan di luar diri
Airnya turun tidak terkira
Cobalah tengok dahan dan ranting
Pohon dan jalan basah semua
Tidak ada komentar:
Posting Komentar