aku merasa tangan ini begitu mudah menari untuk merangkai kata untuk mengisi halaman putih di depan mata. dulu. dimana saat itu ada kamu yang seperti menjadi matahariku. mewarnai kehidupanku, menggarishitamkan hidupku, menyiram semuanya menjadi abu. intinya, denganmu, berwarna cerah pada awalnya dan segera tau akan menjadi kelabu kemudian... di saat itu, semua untaian kata mulai mati tak memiliki nyawanya lagi. seakan matahari yang menjadi sumber kehidupannya ditarik paksa untuk pergi. kenyataannya, ia memang pergi. saat itu adalah saat dimana waktu seperti bingung ingin maju berlari atau berhenti tetap di sini. entah apa yang kupilih. karena aku berjalan maju namun bayanganmu masih ada. terus mengikuti hingga hati ini menemukan luka yang lain. kamu datang dan pergi dan aku yang membuatmu begitu. aku terbelenggu sendiri oleh masa laluku. aku terbelenggu oleh kamu. namun itu yang sudah berlalu...
sialnya nyawaku menghilang seiring keputusanku untuk melepasmu. selama-lamanya dan tak ingin sering sering kembali. mengapa begitu? karena aku masih terlalu mudah mengenang dirimu. kamu masih ada di dekatku. kali ini benar-benar nyawaku yang pergi. tak cukup hanya kata-kata ini yang tak menjadi indah lagi. aku kehilangan diriku. dalam seketika. ada suatu istilah bijak : bangkitlah saat kau terjatuh. tau tidak, setelah kupikirkan mungkin aku terlalu bebal setelah terjatuh lalu bangkit dan begitu terus tanpa henti. hingga akhirnya aku capek sendiri. juga mungkin karena aku melakukan hal yang terlalu banyak tak berarti. jadi aku lelah sendiri. aku menyerah sendiri. aku, terlalu banyak sendiri..
jadi saat nyawaku pergi aku menjadi diriku yang entah apa. aku sudah tak berperasaan seperti sedia kala. aku hanya bisa merangkai kata apa adanya, dan tak ada lagi melati indah yang terselip di dalamnya. aku hitam. aku diam. aku kejam. aku... diam di tempat dan maju perlahan dengan penuh kehati-hatian. dan aku tak mau menoleh padamu. aku pergi ingin segera melaju berlalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar