LIFE LIFE LIFE

we do nothing except trying alive

Senin, 26 April 2010

Kasih Sayang, Cinta?

Aku mendapat waktu untuk berpikir selama tiga hari kemarin.
Tiga hari yang begitu singkat untuk dijalani dan dihabiskan,
namun tiga hari yang panjang untuk banyak pemikiran...


Yah, seperti apa adanya diriku -kodratnya- aku selalu berpikir. It feels like everywhere I am, I think about something, entah itu ada hubungannya dengan kondisi, keadaan, situasi saat aku berpikir maupun ngga ada hubungannya sama sekali...


Sebenarnya mungkin lebih tepat jika aku mengatakan bahwa semua pemikiranku kemarin juga termasuk tumpukan pikiran yang tidak boleh aku pikirkan selama aku sedang sibuk mengurus sesuatu -hal penting yang tidak main main- yah wajar sih memang.


Yang baru saja aku pikirkan lagi tadi pagi adalah mengenai kasih sayang. Bagi seseorang yang sudah mengenalku dengan begitu pasti, dekat, sahabatku, pasti bisa langsung menebak mengapa aku bisa sampai berpikir mengenai hal tersebut. Kalau dilihat sekilas, mungkin disangka karena aku terus memegang komik serial cantik terus sejak tiga hari yang lalu. Namun sebenarnya ada yang lebih terlihat jelas. Tiga hari yang lalu aku berada di kota dimana aku dibesarkan selama ini. Hingga kemarin malam barulah aku memutuskan kembali pulang ke kota dimana aku sedang menuntut ilmu sekarang ini. Tiga hari di rumah selalu memberikan sesuatu untukku. Yang pasti tak pernah lupa untuk kurasakan adalah kasih sayang.


Percaya atau tidak, dari tadi pagi aku terus melantunkan dalam hati lirik "Kasih Ibu"... Sungguh mengena liriknya dan terus menggema di dalam hatiku. Tak pernah akan kusangkal memang kalau Ibuku adalah hartaku yang paling berharga. Ibu. Keluargaku. Ingin menangis jadinya. Hahahahahahahaha.... *tapi malah ketawa* Tapi tak perlu juga mama meragukan perasaanku kepadanya. Yahhh... konflik orangtua vs anak bukanlah hal yang asing namun keberadaan konflik tersebut bukan berarti tidak adanya kasih sayang yang terjalin antara mereka. Dalam kasusku, keadaanku, positif tidak.


Lalu barusan saja aku terpikir bagaimana jika aku akhirnya bertemu dengan seorang pasangan hidup yang tidak bisa menyayangi keluargaku juga. Wah, jawaban pasti. Mungkin dia perlu ke laut dulu.


Sebenarnya apa sih yang membuat aku selalu ingin menangis hingga tak ingin berhenti ketika aku memikirkan orang-orang yang aku sayangi? Karena aku begitu menyayangi mereka kah? Karena mereka begitu berharga untukkukah? Well, it could be... Tapi ternyata yang paling benar adalah karena aku begitu takut kehilangan mereka. Hahahahahaha... Ternyata dibalik semua opiniku yang selalu aku pikirkan masak-masak selama ini ada jawaban yang begitu nyata, bisa dikatakan berada di kulit terluar lapisan pikiranku namun tak pernah kusentuh. Tentu saja karena aku takut jawaban itulah yang paling benar. Dan memang tidak ada lagi yang paling benar. Aku penakut murni.


Jangan ambil contoh keluarga. Ambillah contoh mengenai seseorang yang aku sukai selama ini.


Semasa smp ada sosok yang selalu kunanti kupuja dan kutunggu. Sayangnya aku bukan ternyata memang hanya menunggunya dan tak pernah berharap lebih. Mengapa? Karena aku tidak takut kehilangan dirinya. Sekarang. Atau mungkin karena sebenarnya ada yang lebih menyita pikiranku? 


Tiga tahun -mungkin bisa dibilang selama itu, lama yaa- hadir orang ini. seorang yang aku putuskan untuk kusukai. seseorang yang membuat aku merasakan banyak hal mulai dari yang paling menyenangkan -enggan untuk mengakui tapi memang benar- hingga hal yang membuatku ingin membencinya dan begitu menyesal bertemu dengannya. entah sudah berapa banyak air mata yang keluar untuknya. entah berapa.... kenangan yang tidak bisa dibilang buruk namun juga tidak bisa dibilang baik. namun karena aku sudah begitu muak, aku ingin mengatakan ini kenangan buruk saja. sayangnya, tidak bisa. Apakah aku takut kehilangan orang ini? sebenarnya ya. namun aku memang tidak bisa berharap dan mengharapkan apapun darinya. hanya bisa mengharapkan ia baik-baik saja dengan hidupnya. hanya berharap ia tidak menyakiti orang lain tanpa ia sadari. selalu berharap akhirnya ia bisa memaafkan segala kesalahanku selama ini. itu selalu tertidur dalam hatiku. Aku selalu berusaha menepis segala perasaan tentangnya. Sekarang. Namun perasaan terhadapnya sudah pernah terbentuk begitu kuat di dalam hatiku dan tentunya tidak dapat begitu saja disingkirkan adanya.


Satu setengah tahun yang lalu ada lagi seseorang yang membuatku ingin menghilang saja daripada melihat ia dengan orang lain. yang membuat aku belajar untuk mendoakan yang terbaik untuknya meskipun hati ini akan selalu sakit rasanya. Masa paling buruk. Aku hebat karena sudah melaluinya. Aku takut kehilangan dirinya. Dulu. Sekarang? Sudah tak peduli. Malah jatuh benci sekali.


Tiga contoh di atas. Pertama hanya rasa penasaran dan yang ketiga berujung benci. Meskipun yang contoh yang terakhir itu membuat aku merasa begitu jatuh, tapi contoh kedualah yang paling sulit dihapus. Aku masih belum menemukan jawabannya.


Kecewa. Sedih. Tangis.
Mengecewakan. Menyedihkan. Menjadi Kejam.
Bagiku,
semuanya luluh dengan kasih sayang.
kasih sayang adalah dasar yang begitu kuat.
Namun tangis yang sebenarnya,
adalah karena takut kehilangan apa yang begitu kita cinta itu...


Mungkin aku menangis saat memikirkan sesuatu yang aku merasa tidak perlu kutangisi karena menurutku tak ada harganya sebenarnya adalah aku menangis karena telah kehilangan kenangan menyenangkan dengan sesuatu yang menjadi tak berarti lagi itu.


Kelamkah hatiku ini?
Atau banjirkah kelopak mataku ini?


Aku Selalu Berharap yang Terbaik untuk Kalian Sayang...
Aku Berharap yang Terbaik untuk Cinta...






Mungkin,
jika saat ini aku bertemu dengan orang itu lagi,
keadaan bisa berubah lagi,
semuanya memang tergantung pada kekuatan hatiku...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar